Air merupakan salah satu sumber vital bagi keberlangsungan
hidup manusia. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di sebuah daerah,
kebutuhan akan air, terutama air bersih juga semakin meningkat. Namun faktanya,
di saat pertumbuhan penduduk dan kebutuhan akan air bersih meningkat,
pemerintah seakan tidak mampu memenuhi salah satu kebutuhan dasar tersebut.
Hal yang sama juga terjadi di Kabupaten Donggala dalam
beberapa tahun terakhir. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Uwe Lino Kabupaten
Donggala, dinilai oleh masyarakat belum mampu memenuhi kebutuhan air bersih
yang semakin meningkat di masyarakat. Kualitas air yang dihasilkan pun jauh
dari standar layak konsumsi.
Keluhan mengenai kinerja PDAM ini pun bermunculan dari
masyarakat. Salah satunya Hadi, warga Desa Bale, Kecamatan Tanantovea,
Kabupaten Donggala. Dirinya mengaku jika air yang disalurkan oleh PDAM ke
desanya selama ini keruh dan berlumpur. Jika air tersebut didiamkan selama
beberapa hari, akan terlihat endapan lumpur hingga 20 cm di dalam bak penampungan.
Kondisi yang sama juga pernah dikeluhkan oleh warga Kelurahan
Baiya, Kecamatan Tawaeli dan warga Dusun Bakuganda, Kelurahan Mamboro,
Kecamatan Palu Utara. Jika hujan deras dan sungai meluap, maka dapat dipastikan
aliran air yang masuk ke pemukiman warga akan keruh atau kemungkinan terburuk,
pasokan air akan disetop sementara.
Di tengah kesulitan masyarakat untuk mengakses air bersih,
Pemerintah Kabupaten Donggala dalam beberapa tahun terakhir telah berupaya
untuk mengatasi masalah tersebut dengan program Penyediaan Air Minum dan
Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas).
Program Pamsimas merupakan salah satu program pemerintah
berbasis masyarakat yang bernaung di bawah Direktur Jenderal Cipta Karya bidang
air minum. Program ini melibatkan beberapa leading sector seperti BAPPEDA,
Dinas PU, Dinas Kesehatan, dan BPMPD, sebagai tim pengendali program di tingkat
kabupaten/kota. Masyarakat menjadi pelaku inti program ini di wilayahnya
masing-masing.
Program Pamsimas telah dilaksanakan di Kabupaten Donggala
sejak tahun 2008. Dalam rentang waktu 2008 hingga 2012 yang masuk kategori
Pamsimas tahap pertama, melibatkan total 64 desa di Kabupaten Donggala. 6 desa
kini telah menjadi wilayah Kabupaten Sigi.
Pendanaan program ini diambil dari dana APBN/APBD dan swadaya
masyarakat dalam bentuk inkind (tenaga) dan incash (materi) yang mencapai 20 %
dari persentase pendanaan program. Pembiayaan Pamsimas tahap pertama di
Kabupaten Donggala menelan biaya Rp.17.641.098.200.
Pada Pamsimas tahap pertama, berhasil dibangun 14 jenis
sarana dengan jumlah yang bervariasi. Sarana seperti hidran umum, keran umum,
sumur bor, sumur gali/pompa, SGL, perpipaan, tower, PMA, Intake, SPL/SPC,
Reservoir, BPT, Bak sampah, dan MCK dibangun di 64 desa tersebut.
Pada tahun 2013, Pamsimas tahap kedua resmi dimulai. Pola
keterlibatan yang digunakan masih tetap sama dengan program sebelumnya.
Masyarakat tetap menjadi pelaku utama baik dari segi persiapan, perencanaan,
pelaksanaan, hingga pemeliharaan, dengan dibantu oleh fasilitator yang ditugaskan
oleh Satker PK-PAM Provinsi serta Advisori Consultan Roms VI.
Dalam rentang waktu 2013-2014, Program Pamsimas tahap kedua
ini telah menyentuh 42 desa di Kabupaten Donggala. Total biaya yang digunakan
dalam rentang waktu tersebut adalah Rp.10.623.156.500. Sebanyak 16 desa di 9
kecamatan telah menyelesaikan program tersebut pada tahun 2014.
Untuk menandai selesainya program Pamsimas di 16 desa tahun
2014 ini, digelarlah acara penyerahan hasil Pamsimas tahun anggaran 2014 yang
dilaksanakan di Desa Bale, Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala, Senin,
(23/3/2015).
Dalam kegiatan tersebut, Bupati Donggala, Kasman Lassa
meminta masyarakat yang wilayahnya menerima program Pamsimas agar menjaga dan
merawat sarana yang telah dibangun tersebut agar dapat terus dinikmati
manfaatnya oleh masyarakat. Dirinya juga berharap bahwa dengan rangsangan
program ini, masyarakat dapat semakin termotivasi untuk secara swadaya
membangun wilayahnya.
Bupati Donggala juga mengungkapkan bahwa pihaknya berkomitmen
untuk menjadikan seluruh wilayah Kabupaten Donggala bebas dari krisis air
bersih. Dirinya mengambil contoh keberhasilan program penyulingan air laut
menjadi air layak konsumsi di Pulau Maputi, Desa Panggalasiang, Kecamatan Sojol
sebagai motivasi untuk menjadikan wilayah lain di Kabupaten Donggala bebas dari
krisis air bersih.
Untuk tahun 2015, program Pamsimas akan menjangkau 11 desa di
2 kecamatan. 5 desa di Kecamatan Rio Pakava dan 6 desa di Kecamatan Dampelas.
Kepala BAPPEDA Kabupaten Donggala, Ibrahim Drakel, mengungkapkan
bahwa dengan adanya program Pamsimas ini, ada kenaikan persentase masyarakat
yang mengakses air bersih dan sanitasi di Kabupaten Donggala dari 60 % menjadi
70 %.
Dirinya berharap dengan optimalnya program Pamsimas ini di masyarakat,
persentase masyarakat yang mengakses air bersih dan sanitasi pun dapat semakin
ditingkatkan.
Dalam perjalanannya, program Pamsimas ini bukannya tanpa
masalah. Dalam rentang waktu 2008 hingga 2013, terdapat 13 desa yang bermasalah
dalam keberfungsian sarana di mana 7 desa berfungsi sebagian dan 6 desa tidak
berfungsi sama sekali. Untuk itu, Bupati Donggala menyerukan kepada masyarakat
agar berkomitmen untuk menjaga, merawat, dan mengfungsikan kembali sarana yang
bermasalah.
Program Pamsimas merupakan salah satu upaya alternatif yang
melibatkan peran serta masyarakat dalam mengusahakan ketersediaan air bersih di
wilayahnya. Apa yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Donggala ini adalah
bukti keseriusan pemerintahnya untuk menjadikan Kabupaten Donggala sebagai
daerah bebas krisis air bersih. Semoga PDAM dapat belajar dari proses program
ini sehingga dapat lebih meningkatkan kualitas pelayanannya di masyarakat.
No
|
Jumlah
Desa
|
Total
Biaya
|
Jumlah
Sarana
|
|
Tahap I
|
Tahap II
(2013-2014)
|
|||
89 Desa
|
Rp.28.264.254.700
|
554 unit
|
244 unit
|
0 Comments