Dusun
Anja adalah sebuah potret kawasan terpencil di pinggir kota yang belum sepenuhnya
mendapat akses layanan masyarakat seperti kawasan yang dekat dengan pusat kota.
Akses pelayanan tersebut mulai dari listrik, jalan, ketersediaan air bersih,
hingga pemberdayaan masyarakat miskin. Padahal kawasan tersebut telah
dicanangkan sebagai kampung agrowisata oleh pihak Kelurahan Lambara.
Dusun
Anja terletak di Kelurahan Lambara, Kecamatan Tawaeli, Kota Palu. Jarak antara
wilayah Dusun Anja paling bawah dengan jalan utama sekitar 1-2 km. Jarak antara
Kelurahan Lambara dengan Kota Palu adalah 15 km.
Dusun
Anja terdiri dari tiga kawasan yaitu Buntina, Povuaya, dan Pandake. Topografi
wilayah Dusun Anja sebagian berbukit dan sebagian terdiri dari pematang sawah.
Dusun
Anja berpenduduk 263 jiwa. Jumlah tersebut hanya 8,5% dari total penduduk
Kelurahan Lambara yang mencapai 3.095 jiwa (BPS:2014). Jumlah KK di Dusun Anja
adalah 73 KK. Jumlah tersebut hanya 10% dari total jumlah KK di Kelurahan
Lambara yang mencapai 718 KK (BPS:2014).
Dari
jumlah 73 KK tersebut, sekitar 8 KK masih hidup di wilayah pegunungan. Mereka
yang tinggal di kawasan Povuaya ini belum menikmati aliran listrik sama sekali.
Kawasan Povuaya merupakan kawasan terluar dari dusun Anja.
Sebagian besar masyarakat di Dusun Anja bekerja sebagai
petani. Ada yang petani penggarap dan ada petani yang merupakan pemilik lahan.
Sebagian lagi bekerja sebagai buruh cuci, dan penambang pasir. Menurut
penuturan Septia, di dusun Anja, hanya 2 orang warga yang menjadi pegawai
negeri sipil.
Di
Dusun Anja, terdapat 23 rumah yang menggunakan listrik dari tenaga surya.
Listrik tenaga surya tersebut merupakan bantuan dari Dinas Sosial dan Tenaga
Kerja Kota Palu. Listrik tenaga surya ini hanya dapat memasok listrik berkekuatan 150 watt atau untuk lima
balon lampu. Kalaupun mau menonton, hanya bisa untuk televisi hitam putih,
memutar radio atau cas HP.
Penggunaan listrik tenaga surya ini bukannya tanpa masalah. Menurut
Septia, salah satu warga di Dusun Anja, ketika dikonfirmasi oleh Mercusuar,
Minggu (8/3/2012), mengatakan bahwa sebagian masyarakat kini terpaksa beralih
ke listrik PLN karena tidak tahu cara menggunakan alat pembangkit listrik
tenaga surya tersebut. Sebagian alat lainnya dalam kini dalam kondisi rusak dan
masyarakat tidak tahu cara memperbaikinya.
Penyambungan jaringan listrik dari PLN juga mengalami
masalah. Jarak rumah yang berjauhan dan keadaan alam di kawasan tersebut yang
sebagian besar terdiri atas pematang sawah membuat PLN kesulitan memasang
jaringan di sebagian kawasan Dusun Anja.
Jaringan listrik yang kini telah masuk di sebagian wilayah
Dusun Anja hanya menggunakan tiang kayu yang diusahakan secara swadaya oleh
masyarakat sebagai tiang listriknya. Masyarakat yang rumahnya berada cukup jauh
dari tiang darurat tersebut harus menunggu untuk memasang listrik karena aturan
dari PLN yang menyebutkan bahwa pemasangan akan dilayani jika pemukiman
berjarak kurang lebih 30 meter dari tiang
listrik. Akibatnya, warga harus menyambung listrik dari tetangga atau masjid dengan membayar Rp10
ribu- Rp20 ribu sebulan.
Septia mengaku bahwa masalah tersebut sudah berulang kali
dimasukkan ke dalam musrenbang tingkat kelurahan untuk disikapi. Namun hingga
saat ini belum terealisasi.
Terkait hal tersebut, Walikota Palu bersama Dinas ESDM Kota
Palu telah bergerak cepat dengan memasukkan pembangunan jaringan distribusi
listrik di Dusun Anja dalam ABT Kota Palu tahun 2015. Pembangunan jaringan
distribusi listrik tersebut meliputi pengadaan tiang listrik.
Selain listrik, masalah jalan juga merupakan masalah serius
di dusun Anja. Topografi Dusun Anja yang berbukit dan terdiri dari pematang
sawah menjadi masalah tersendiri dalam proses pembukaan jalan. Pembukaan jalan
menuju kawasan tersebut telah dilakukan dengan bantuan program PDPM. Jalan
tersebut kini membutuhkan peningkatan yaitu pengaspalan. Hal tersebut penting
karena setiap hujan, jalan tersebut akan becek dan berlumpur. Selain itu,
masyarakat juga memerlukan jalan menuju kantong produksi pertaniannya.
Terkait jalan menuju akses kantong produksi, pihak Dinas
Pertanian Kota Palu berencana akan melakukan pembangunan jalan menuju
kantong-kantong produksi pertanian dalam rangka mensukseskan program swasembada
pangan yang dicanangkan oleh pemerintah.
Masalah yang juga cukup meresahkan di dusun Anja adalah
ketersediaan air bersih. Menurut penuturan Septia, rata-rata masyarakat di
Dusun Anja sudah memiliki sumber air sendiri, terutama masyarakat yang rumahnya
telah dialiri listrik. Mereka ini sudah memasang mesin pompa air sendiri.
Namun, beberapa rumah masih kesulitan mendapatkan akses air
bersih. Hal tersebut terutama terjadi pada masyarakat yang rumahnya tidak
dialiri listrik. Masyarakat akhirnya menggunakan pompa air manual. Di kawasan
Pandake, beberapa rumah bahkan belum memiliki sumber air bersih. Akibatnya,
warga terpaksa harus mandi dan mencuci di sungai yang debit airnya terus
berkurang. Bila sungai itu banjir dihantam hujan, warga tidak dapat lagi
melakukan aktifitas mereka karena kondisi air berkeruh dan kotor.
Namun, di balik segala masalah dan keterbatasan tersebut,
pemberdayaan masyarakat miskin di Dusun Anja tengah digalakkan. Program
pemberdayaan masyarakat seperti padat karya dan PDPM telah dirasakan manfaatnya
oleh masyarakat.
Tahun 2014, ada 5 rumah tangga miskin (RTM) di Dusun Anja
yang terdaftar sebagai penerima manfaat padat karya. Jumlah tersebut hanya 15%
dari total jumlah penerima manfaat padat karya di Kelurahan Lambara yang
mencapai 32 RTM.
Tahun ini, ada usulan penambahan 3 RTM di dusun Anja sebagai
penerima baru program padat karya. Jumlah tersebut hanya 7% dari total jumlah
penambahan penerima manfaat program padat karya di Kelurahan Lambara yang
mencapai 41 orang.
Selain itu 2 orang warga dusun tersebut yang tergabung dalam
kelompok pembuat keripik yang beranggotakan 5 orang, turut serta dalam
rombongan warga dari 45 kelurahan di Kota Palu yang akan dikirim ke Masamba,
Kabupaten Luwu Utara, untuk belajar cara pengolahan makanan ringan. Kelompok
usaha ini pernah menjadi juara 2 lomba inovasi kuliner se Kota Palu lewat
keripik kulit pisangnya.
Kesenjangan memang kerap terjadi antara wilayah terpencil di
pinggir kota dengan wilayah pusat kota. Kesenjangan dalam bidang pembangunan,
pendidikan, kesehatan, dan bidang-bidang lainnya tidaklah hadir secara alamiah.
Ia lahir dari sebuah proses pembangunan yang timpang. Sudah saatnya pemerintah
lebih memperhatikan kawasan pinggiran kota yang terpencil ini agar jurang
kesenjangan antara wilayah pinggiran dan pusat kota tidak semakin melebar.
0 Comments