Tuturan Penemu Serpihan dan Barang-Barang yang Diduga Milik Air Asia QZ8501

Tuturan Penemu Serpihan dan Barang-Barang yang Diduga Milik Air Asia QZ8501

Siang itu matahari bersinar cukup terik. Saya memacu sepeda motor menuju Dusun Palara yang terletak di Kelurahan Kayumalue Pajeko untuk menemui langsung para penemu serpihan dan barang-barang tersebut.

Dari jalan Trans Sulawesi yang licin dan mulus, sepeda motor melaju menuju jalanan berbatu, berdebu dan bergelombang di wilayah dusun Palara, Kelurahan Kayumalue Pajeko. Keterangan dari Babinkamtibmas setempat, Amrun Ambo Sule menuntun saya menuju kediaman mereka.
 
Suasana di dusun Palara siang itu tampak lengang. Tak ada tanda-tanda bahwa terjadi peristiwa menghebohkan semalam. Masyarakat beraktivitas seperti biasanya. 

Setelah menyusuri lorong dengan jalan berbatu dan berlubang, saya tiba di perbatasan RW 2 dan RW 3. Sebuah rumah papan bercat hijau menjadi tujuan. 

Pemilik rumah bernama Herlin. Perempuan berusia 31 tahun tersebut merupakan salah satu warga yang menemukan barang yang diduga milik penumpang Air Asia QZ8501. Ia menemukan sebuah tas jinjing wanita berwarna hijau lumut. 

Herlin pun bertutur mengenai kronologi penemuan tas dan barang-barang lainnya. Kamis (12/2/2015), ia bersama warga lainnya menuju pantai yang berjarak kurang lebih 500 meter dari rumahnya untuk mencari kayu dan plastik bekas. Pada sore hari, sampah, rumput, kayu, dan plastik terkumpul di pinggir pantai karena terbawa arus. Hal itu dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mencari ikan pio, kayu dan plastik bekas untuk dikumpulkan dan dijual. 

Pada pukul 17.00, saat tengah mencari plastik, Herlin menemukan sebuah tas jinjing wanita berwarna hijau tua. Ia segera mengambil tas itu dan mengeceknya. Tas itu kosong, hanya berisi pasir, namun dalam kondisi bagus. Sadar bahwa tas tersebut masih bagus, Herlin pun berencana membawa pulang benda tersebut. 

Setengah jam kemudian, ia mendengar Nusrin menemukan sebuah benda berukuran 131 cm. Lelaki 52 tahun tersebut menemukan benda itu terapung di tengah-tengah sampah yang berada di bibir pantai. Nusrin mengira benda tersebut adalah papan. Namun setelah melihat dengan seksama, benda tersebut tidak mirip sebuah papan. 

Selain Nusrin, Ernawati juga menemukan sesuatu di bibir pantai. Ia menemukan sepasang sepatu wanita berwarna hitam. Perempuan berusia 30an tahun tersebut mengambil sepatu tersebut dan membawanya pulang. 

Benda yang ditemukan oleh Nusrin dilihat oleh Ernawati. Jarak mereka menemukan masing-masing benda hanya sekitar 100-200 meter. Ernawati menduga benda tersebut adalah serpihan Pesawat Air Asia. Ia pun memberitahu kepada Nusrin mengenai hal tersebut. Nusrin tidak yakin dengan ucapan Ernawati dan tidak mau mengambil benda itu. 

Setelah terjadi baku bantah beberapa saat, akhirnya benda itu dibawa pulang oleh Nusrin kerumahnya. Benda itu pun di lihat oleh Herlin yang rumahnya hanya bersebelahan dengan Nusrin. 

Melihat tulisan “Airbus” di benda tersebut, ketiganya mengambil kesimpulan bahwa benda itu mungkin adalah serpihan dari pesawat Air Asia. Nusrin kemudian meyuruh Ernawati untuk menghubungi Babinkamtibmas setempat, Amrun Ambo Sule untuk melaporkan temuan mereka tersebut.

Ernawati kemudian menuju rumah Amrun untuk melaporkan hal tersebut. didapatinya Amrun sementara melaksanakan shalat maghrib. Setelah selesai shalat, Amrun mendengarkan laporan Ernawati dan bergegas menuju kediaman Nusrin, tempat ketiga barang tersebut berada. 

Di kediaman Nusrin telah banyak orang yang datang untuk memfoto ketiga benda tersebut. Amrun yang datang bersama Ernawati pun langsung melihat ketiga benda tersebut. setelah mengamati dengan seksama, Amrun kemudian menghubungi Kapolsek Palu Utara untuk melaporkan temuan tersebut.

Tak berselang berapa lama, Kapolsek tiba di kediaman Nusrin. Ia kemudian membawa barang-barang tersebut dan meminta para penemunya untuk menyusul ke kantor. 

Pukul 19.30 WITA, ketiga orang penemu barang-barang tersebut tiba di Kantor Polsek Tawaeli. Mereka dimintai keterangan dan beberapa jam kemudian diperbolehkan pulang. 

Kepada saya, Herlin menuturkan bahwa sebelum penemuan serpihan tersebut, adiknya yang sehari-hari bekerja sebagai nelayan pernah menemukan serpihan serupa di tengah laut. Namun karena tak mengetahui  benda apa itu, maka benda itu tak diambilnya. 

Ia juga menuturkan bahwa ia sempat mendengar dan melihat anak-anak di sekitar pantai bermain-main dengan rompi mirip pelampung berwarna mirip warna tim SAR. Tak mengetahui kegunaan benda tersebut. anak-anak kembali melemparkannya ke laut. 

Pernah juga ia mendengar seorang anak menemukan dompet di pinggir laut. Dompet tersebut berisi uang sejumlah Rp. 100.000. Uangnya diambil dan dompetnya kemudian dibuang. Ketika ditanyakan tentang identitas pemilik dompet, si anak mengaku sempat melihat KTP di dompet tersebut tertera nama Wawan dengan usia 17 tahun. 

Penemuan serpihan dan barang-barang yang diduga milik pesawat Air Asia QZ8501 tersebut juga membuat beberapa jenis ikan dan cumi-cumi tidak laku lagi. Masyarakat menjadi jijik karena takut jika ikan dan cumi-cumi memakan bagian tubuh korban.  

Herlin menuturkan bahwa warga di lingkungan tersebut sudah tidak mengkonsumsi cumi-cumi sejak mendengar berita bahwa serpihan dan korban Air Asia telah mencapai Majene. 

“Kami sudah tidak makan cumi sejak ada berita serpihan dan korban Air Asia sampai di Majene” tutur Herlin. 

Dan sejak temuan serpihan itu heboh, ikan pio yang banyak ditemukan di perairan sekitar situ pun menjadi tidak laku. Masyarakat menganggap ikan pio sebagai ikan pemakan bangkai. 

Herlin menduga bahwa mungkin ada jenazah korban yang ada di perairan tersebut. ia mendasari dugaannya dengan banyaknya ikan pio yang muncul di perairan sekitar Kayumalue Pajeko. 

“Mungkin ada jenazah korban di sini. Ikan pio ini kan suka makan bangkai. Ikan pio ini jarang-jarang ada. Kadang sekali setahun, kadang tidak muncul sama sekali. Kalau banyak sampah dan rumput begini, biasa dia muncul” tutur Herlin.

Asumsi Herlin mungkin adalah asumsi sebagian besar masyarakat Kota Palu mengenai ikan pio dan cumi-cumi. Asumsi ini menyebabkan dua jenis hasil laut ini menjadi tidak laku di pasaran. 

Herlin menuturkan bahwa seorang tetangganya mengalami kerugian akibat penemuan tersebut. empat ember penuh berisi ikan pio yang hendak ia jual tidak laku. Bayangkan saja kerugian yang ia terima. 

Masyarakat harus pandai-pandai menerima informasi dan menelaahnya sebelum mengambil kesimpulan. Akibat asumsi liar yang berkembang, bisa jadi berdampak besar kepada para penjual ikan dan cumi-cumi. Kita boleh waspada namun tidak boleh berburuk sangka. Jadi, sebelum ada bukti dan temuan yang lebih kuat, kekhawatiran-kekhawatiran tak mendasar mungkin bisa lebih diminimalisir agar tidak berbuah kepanikan di tengah masyarakat. 

Post a Comment

1 Comments