Gempa yang melanda kawasan teluk
Palu, 1 Desember 1927, tidak luput dari pemberitaan surat kabar di masa itu.
Surat kabar Nieuwe Rotterdamsche Courant edisi 4 Desember 1927 melaporkan, guncangan
tersebut mengakibatkan 14 orang tewas dan lima puluh orang luka-luka.
Kamis (1/12/1938) sore di Donggala,
gempa bumi dahsyat dirasakan. Gempa menjalar arah Utara-Selatan. Kantor asisten
residen di Donggala runtuh sebagian. Di Palu, dua pasar hancur dan dermaga
roboh sebagian. Di Biromaru, sebuah pasar hancur dan kantor lanskap rusak
berat.
Gelombang pasang di teluk Palu
menyebabkan kerusakan pada rumah-rumah penduduk asli. Empat belas orang tewas
dan terluka. Kerusakan diperkirakan mencapai 50.000 gulden. Gubernur Jenderal
telah menyatakan belasungkawa. Asisten residen di Donggala berwenang memberikan
bantuan, di mana dia dapat menggunakan uang itu, di wilayahnya.
Bencana alam lokal ini agak
serius, tetapi untungnya di wilayah terbatas, di mana laporan di atas hadir,
telah terjadi di bagian Barat Laut Utara, di tempat di mana Sulawesi Tengah
menyempit ke arah utara, untuk masuk ke dalam strip berbentuk umbul, yang
berjalan dalam arah Timur-Barat dengan skala besar.
Teluk Palu menjadi sangat dalam,
30 km panjang dan teluk 7 km di Pantai Barat. Di bagian belakang pantainya
rendah dan berubah menjadi luas, berangsur naik, dengan sawah tertutup dataran,
di mana Sungai Palu mengalir.
Sisi Barat dan Timur tinggi dan
naik tajam dari laut, dengan tebing pantai menyempit ke pegunungan pada 2000 M.
Di beberapa kampung terdepan
Donggala. di sudut barat laut teluk, dengan buluh yang cukup bagus. Pada bulan
Juli hingga September, kawasan itu bisa sangat berhantu di teluk, ketika
hembusan Timur Laut, yang dikenal sebagai pukulan 'baroboo'.
Donggala adalah ibu kota dari
lanskap pemerintahan sendiri Banawa, tempat duduk asisten warga Central Celebes
dan pengendali Donggala. Perahu-perahu K. P. M. secara teratur melakukan
aktivitas.
Populasi tidak memiliki lebih
dari beberapa ribu jiwa, kebanyakan Boegines. Ada permukiman Cina dan Arab yang
makmur. Pedalaman tidak penting, Donggala tidak punya.
Paloe sekitar satu setengah kali
lebih besar dari Donggala; itu terletak di belakang teluk.
Dari sana produknya diekspor dari
pedalaman dengan kano ke Donggala.
Hanya beberapa lusin orang Eropa
tinggal di seluruh daerah. Gubernur Jenderal De Graeft juga disebut pernah ke
Teluk Palu dalam perjalanannya ke timur nusantara.
0 Comments