Mural-Mural Kehidupan: Ubah Wajah Kota Dengan Mural

Mural-Mural Kehidupan: Ubah Wajah Kota Dengan Mural

Ada hal yang beda jika kita kini melewati kawasan Lorong Bakso, Kelurahan Besusu Barat Kota Palu. Kawasan padat penduduk yang dulu terkesan kumuh ini, kini terlihat lebih indah dengan aneka mural yang terdapat di dinding, di sepanjang lorong ini. Tak jarang, mural-mural tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat yang kebetulan lewat, untuk sekedar berfoto atau berselfie ria. 

Siapa otak di balik mural-mural sarat pesan sosial tersebut? Orangnya tidak lain adalah seniman kawakan Kota Palu dan Sulawesi Tengah, Endeng Mursalin, yang menggebrak bersama Palu Mural Community, lewat aksi yang diberi tajuk Environtmental Art Mural Exhibition.


Abah, sapaan akrabnya, Selasa (20/9/2016) mengatakan, ide awal menyulap dinding-dinding di sepanjang Lorong Bakso dengan mural, merupakan ide dari dirinya dan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu, Singgih B Prasetyo. Abah mengisahkan, awalnya ia dan mantan Kadis Tata Ruang dan Perumahan Kota Palu hendak membuat lomba mural. Namun, karena takut hasil pengerjaan tidak sesuai harapan yang diinginkan, maka keduanya berinisiatif untuk mengajak para seniman dan semua pihak yang ingin terlibat, untuk bersama mengubah wajah Kota Palu, terutama dinding kota, dengan berbagai karya mural.

Menurut Abah, gebrakan ini adalah jawaban atas kegelisahan dirinya untuk membuat sesuatu yang bisa direspon masyarakat dan teman-teman seniman lainnya, untuk membuat lukisan dinding atau mural yang baik, yang bisa menghias dan memberi pesan positif tentang lingkungan, agar lorong-lorong di Kota Palu lebih asri dengan sentuhan seni jalanan.

“Ini juga buat teman-teman seniman yang hobi mencoret dinding kota dengan tidak terarah, makanya kami turun langsung, sebagai contoh karya mural baik dan bisa dinikmati masyarakat luas,” jelasnya.

Menurut Abah, sebelum melakukan aksi, pihaknya terlebih dahulu melakukan survey ke beberapa titik di Kota Palu yang dinilai cocok untuk diaplikasikan karya mural. Dari beberapa titik yang disurvey, Lorong bakso dipilih sebagai lokasi yang pertama dijamah.

“Setelah Lorong Bakso, kita bergerak ke lorong depan Black Canyon (Lorong Nangka) di jalan Suprapto. Setelah itu di Jalan Mawar dan masih ada sejumlah lokasi yang akan kita survey untuk kita eksekusi,” ujarnya.

Proses pengerjaan mural di sepanjang kawasan Lorong Bakso memakan waktu pengerjaan kurang lebih dua minggu, dengan total dinding yang dilukis sepanjang kurang lebih 100 meter. Adapun pendanaan aksi ini berasal dari sumbangan sejumlah pihak yang diinisiasi oleh Kadis PU Kota Palu, Singgih B Prasetyo. Menurut Abah, beliau secara pribadi mencarikan dana untuk aksi tersebut ke teman-teman beliau yang mau menyumbang cat, uang makan dan air minum.

“Yang terpenting adalah teman-teman seniman mau turut terlibat di aksi ini. Ini yang luar biasa menurut saya,” ujar Abah.

Abah berharap, kehadiran karya mural di sejumlah titik di Kota Palu ini nantinya mampu mengalahkan beribu iklan baliho yang menurutnya lebih seperti sampah visual, yang sama sekali tidak sesuai dengan cita-cita mewujudkan kota yang asri. Menurutnya, bagaimana mungkin target green and clean yang diwacanakan pemerintah dapat terwujud, jika model perilaku tentang kota tidak sesuai dengan yang diwacanakan.

“Makanya kami bergerak melawan itu, agar fungsi taman bisa dikembalikan ke masyarakat, tidak dimonopoli sebagai ruang iklan,” tegasnya.

Menurut Abah, karya mural dokar tiga dimensi miliknya di jembatan IV Palu, yang disambut antusias masyarakat dengan menjadikan karya tersebut sebgai spot untuk berfoto dan berselfie ria, menjadi energi baru untuknya. Energy tersebutlah yang kini mendorongnya untuk mengajak lebih banyak lagi teman-teman seniman untuk turun ke jalan, dengan harapan agar lebih banyak mural di setiap dinding kota.

“Kami juga punya niat tidak hanya berkarya di Palu saja. Saat ini sudah ada tawaran dari teman di Sigi, Donggala, Parigi Moutong, dan sejumlah kabupaten lain yang juga tertarik,” lanjut Abah.

Kata abah, dirinya bersama teman-teman seniman lainnya juga ingin punya karya di empat ruang kota/kabupaten tersebut. Menurutnya, hal ini terjadi karena teman-teman seniman yang terlibat dalam  Environtmental Art Mural Exhibition  ini, ada juga yang berasal dari daerah-daerah tersebut.

Apa yang telah dilakukan oleh Abah Endeng Mursalin bersama Palu Mural Community dan teman-teman seniman lainnya ini, adalah jawaban atas kegelisahan yang sama, yang mungkin juga dirasakan oleh kita, masyarakat Kota Palu. Kita ingin punya kota yang memiliki identitas, ruang terbuka hijau, dan bernuansa artistik. Kini, sudah ada yang memulai. Kita bisa berkontribusi dengan turut menggoreskan kuas, member bantuan dalam bentuk barang dan uang, dan yang paling sederhana, membantu merawat karya artistik tersebut, karena Palu adalah Kotaku, Kotamu, dan Kota untuk kita semua.

Post a Comment

0 Comments