Pembangunan di Kota Palu belum memperhatikan aspek
historis sebagai bahan pertimbangan dalam kebijakan tata ruangnya. Pembangunan
Kota Palu yang maju pesat tidak berbanding lurus dengan pemeliharaan dan
penataan City Heritage sebagai ikon Kota Palu. Banyak City Heritage yang
terancam hilang seiring dengan pembangunan yang pesat di Kota Palu.
Hal
ini tercermin dari munculnya rencana
untuk mengubah Bundaran Nasional yang merupakan salah satu situs sejarah
peninggalan masa kolonial di kota Palu menjadi sebuah lahan parkir. Walaupun
rencana tersebut akhirnya dibatalkan oleh pemerintah, namun niatan tersebut
adalah indikasi bahwa ada masalah serius terkait pemahaman akan sejarah lokal
di dalam lingkungan pemerintah Kota Palu.
Bundaran Nasional yang terletak tepat di depan gedung
juang tersebut merupakan salah satu hasil pembangunan Pemerintah Kolonial
Belanda. Bundaran tersebut termasuk dalam lanskap pembangunan kota Palu yang
dirancang oleh pemerintah kolonial. Lanskap inilah yang sebaiknya digunakan
untuk merencanakan konsep tata ruang kota sebab konsep tersebut tentunya sudah
direncanakan dengan matang.
Kurangnya wawasan dan
pengetahuan mengenai sejarah terutama sejarah lokal Kota Palu mungkin saja menjadi penyebab utama munculnya rencana
tersebut. Kenyataan ini jelas merupakan kerugian
besar dalam usaha untuk membentuk masyarakat yang berkarakter dan tidak amnesia sejarah lokalnya.
Kurangnya kepedulian terhadap wawasan kearifan lokal ini mengakibatkan
nilai-nilai sejarah terutama sejarah lokal Kota Palu mulai dilupakan.
Di samping faktor lemahnya
pemahaman akan sejarah, faktor ekonomis juga nampaknya menjadi pertimbangan
lahirnya rencana tersebut. Adanya pusat perbelanjaan dan restoran-restoran
cepat saji di sekitar bundaran tersebut bisa saja merupakan alasan ekonomis di
balik rencana tersebut. Namun, pemerintah tidak memperhatikan bahwa daerah
tersebut merupakan daerah padat yang rawan kecelakaan.
Alasan
ekonomis tersebut juga yang nampaknya menghantui situs-situs bersejarah
lainnya. Maraknya
investor berdatangan ke Kota Palu berdampak pada pesatnya pembangunan di kota
tersebut. Pembangunan berbagai macam pusat perbelanjaan, perhotelan, dan usaha-usaha restoran
cepat saji, industri, dan lain-lain merupakan beberapa bukti pesatnya perkembangan Kota Palu. Hal ini jelas
berdampak positif bagi perkembangan perekonomian kota. Ini sebagai bukti bahwa
Kota Palu memiliki daya tarik bagi investor.
Namun, seiring
dengan pembangunan yang pesat tersebut, perlahan-lahan Kota Palu mulai
kehilangan nilai historisnya. Beberapa City Heritage terancam digusur
dan beberapa tidak dirawat dengan baik. Melihat kenyataan tersebut,
lama-kelamaan Kota Palu akan menjadi kota yang ahistoris.
Haliadi Sadi, sejarawan yang juga dosen di Universitas Tadulako
mengatakan bahwa kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah ini
merupakan bukti lemahnya pemahaman pemerintah akan sejarah. Hasil-hasil
penelitian akademisi tentang sejarah kota Palu hanya menjadi “penghias” lemari
tanpa pernah dijadikan acuan untuk pengembangan kota. Lebih lanjut ia
mengatakan bahwa pembangunan
dan tata ruang Kota Palu perlu memperhatikan aspek historis. Situs-situs peninggalan sejarah
yang merupakan City Heritage milik kota Palu, perlu mendapat perhatian dalam
konsep tata ruang kota Palu. Situs-situs tersebut menjadi saksi dari perjalanan
sejarah kota palu dari masa ke masa.
Upaya pelestarian City Heritage
ini adalah salah satu bentuk usaha untuk merawat ingatan/memori kita tentang
masa lalu. Situs-situs bersejarah tersebut dapat dijadikan objek memorialisasi
demi mencegah dehistorisasi di elemen masyarakat sehingga masyarakat tidak
mengalami amnesia sejarah. Situs-situs tersebut juga dapat menjadi tempat untuk
belajar tentang kearifan lokal yang terkandung dalam sejarah lokal Sulawesi
Tengah. Kearifan lokal tersebut dapat menjadi obat untuk mencegah keberulangan
konflik yang makin marak terjadi di beberapa daerah di Sulawesi Tengah
akhir-akhir ini.
0 Comments