Akses informasi terkait situasi
pasca bencana, memang merupakan sesuatu yang sangat vital. Dalam kegamangan pasca
bencana, akses informasi yang terpercaya menjadi kebutuhan mendasar bagi warga
di lokasi terdampak.
Menyadari situasi tersebut,
Solidaritas Korban Pelanggaran HAM (SKP-HAM) Sulawesi Tengah, Perpustakaan Mini
Nemu Buku, serta Sejenakhening.com, menginisiasi sebuah posko relawan data dan
informasi dengan nama Pasigala Tangguh. Sekretaris Jenderal SKP-HAM Sulteng,
Nurlaela Lamasitudju mengatakan, posko relawan data dan informasi ini dibuat
atas dasar kegamangan informasi pasca bencana di wilayah Palu, Sigi, dan
Donggala.
“Hari pertama pasca bencana,
orang-orang bingung dengan apa yang terjadi dan semua akses informasi terputus.
Di tengah kebingungan, tempat pertama yang saya datangi adalah Nemu Buku di
Jalan Tanjung Tururuka. Di sana saya berharap bisa bertemu Neni Muhidin dan
mencari tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi malam itu. Namun di Nemu Buku,
saya tidak mendapati Neni berada di sana,” urai Ella, sapaan akrabnya.
Pencarian informasi di Nemu Buku
nihil, Ella pun memutuskan pergi ke sekretariat Aliansi Jurnalis Independen
(AJI) Kota Palu, di Jalan Rajawali. Di sana, situasi kegamangan akan informasi
ternyata juga terjadi. Para jurnalis yang juga menjadi korban, bingung dengan
apa yang terjadi pada malam sebelumnya. Di sana pula, Ella akhirnya menemukan
Neni, seraya berharap ada informasi yang
bisa didapatkan.
“Setelah ketemu Neni, saya
mendapatkan beberapa informasi soal bencana tersebut. Informasi tersebut
berasal dari posko Pemerintah Provinsi Sulteng,” ujarnya.
Berangkat dari minimnya akses informasi
terkait situasi pasca bencana tersebut, Ella dan Neni akhirnya memutuskan untuk
mendirikan Posko Data dan Informasi. Saat itu, aspek data dan informasi pasca
bencana yang sebenarnya vital, cenderung tidak dilirik, karena fokus relawan
terpusat pada pemenuhan kebutuhan dan penanganan korban pasca bencana.
Posko data dan informasi ini
berpusat di dua lokasi, yakni Perpustakaan Nemu Buku di Jalan Tanjung Tururuka
dan Sekretariat SKP-HAM Sulteng di Lorong Saleko, Jalan Basuki Rahmat. Sejumlah
anak muda yang terdiri dari mahasiswa dan alumni perguruan tinggi, bahu membahu
menyokong posko data dan informasi ini.
4 Oktober 2018, listrik di Perpustakaan
Nemu Buku telah kembali hidup. Hal ini semakin memudahkan kerja-kerja relawan
posko Pasigala Tangguh untuk mengakses informasi dari luar, tentang apa
sebenarnya yang terjadi di Palu, Sigi, Donggala dan Parigi Moutong. Setiap
hari, setelah magrib, para relawan berkumpul untuk melakukan evaluasi harian
perkembangan penanganan bencana.
Untuk memudahkan pengarsipan
informasi posko ini menginisiasi pembuatan website yang dilakukan oleh Muh
Syafari Firdaus. Website ini sendiri dibuat untuk mendokumentasika kerja-kerja
pelaporan data dan informasi yang dilakukan posko Pasigala Tangguh, juga
sebagai akses informasi kepada penyintas dan khalayak.
Ella menjelaskan, seminggu
pertama, saat jaringan telepon belum terlalu aktif, untuk mendapatkan informasi
terkait wilayah-wilayah yang terdampak, pihaknya memutuskan untuk turun ke
lapangan, membagi-bagikan informasi dan menyerap informasi dari sana. Pihaknya
membuat format pendataan korban per posko dalam format sederhana yang masih ditulis
tangan.
Selain itu, pihaknya juga
melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait seperti Ketua BMKG, serta
membuat rilis pers per 2 hari. Kemudan, seiring dibukanya dapur umum di 10
desa, Pasigala Tangguh menjadikan dapur umum sebagai pusat informasi sehat,
dalam rangka menangkal berita hoaks dan mengajak ibu-ibu di dapur umum sebaga
pengumpul dan penyebar informasi.
“Lalu kami mempertemukan ibu-ibu
di desa dengan para relawan anak muda dari Palu untuk berpatner, sehingga
terbentuk sistem pelaporan data dan informasi yang terbagi dalam dua lapisan,
yakni pelapor I yang terdiri dar para relawan dan pelapor II dari para ibu-ibu
di desa. Pelapor II ini setiap harinya menginformasikan ke pelapor I, terkait
apa saja informasi yang terjadi di desa mereka pasca bencana,” jelas Ella.
Kerja-kerja yang dilakukan oleh
Posko Data dan Informasi Pasigala Tangguh ini, mendapat apresiasi serta minat
dari Caritas Germany untuk memberikan dukungan. Dukungan yang diberikan,
semakin memberikan spirit bagi posko ini untuk terus menggeliat memberikan
informasi dan menangkal hoaks pasca bencana di wilayah terdampak di Sulteng.
13 November 2018, setelah melalui
beberapa diskusi serius dengan berbagai pihak, tentang bagaimana keterlibatan
warga dalam membaca bencana, Posko Pasigala Tangguh menginisiasi sebuah forum
diskusi, yang diberi nama Forum Warga Membaca Bencana. Menurut Ella, dari forum
ini, diharapkan muncul suara-suara dari berbagai kalangan di masyarakat,
tentang bagaimana mereka memandang terjadinya bencana dan apa yang harus
dilakukan pasca bencana.
Forum diskusi ini menghadirkan
sejumlah pihak dengan belasan seri diskusi, di antaranya kalangan peneliti,
sejarawan, budayawan, perempuan, tokoh agama, NGO, jurnalis, korban, pelaku
usaha, psikolog, pemerintah serta pihak-pihak lainnya. Dari belasan forum
diskusi ini kata Ella, akan disusun sebuah rekomendasi dari kelompok
masyarakat, untuk diberikan kepada pemerintah, untuk dijadikan sebagai bahan
pertimbangan penyusunan kebijakan dalam hal kebencanaan.
Ella sendiri, tidak menyangka
posko ini akan terus berproses hingga menjadi seperti saat ini. Berawal dari
sebuah kegelisahan dan kebutuhan akan informasi, posko ini terus bergerak
seiring waktu, berupaya menghadirkan perspektif warga penyintas dalam melihat
bencana.
“Sadar bahwa para relawan dan
penyintas ini juga butuh pendampingan mental, kami kemudian mengajak
Sejenakhening.com, yang digawangi para psikolog muda, seperti I Putu Ardika
Yana dan kawan-kawan untuk berkolaborasi,” ujarnya.
Menyadari potensi besar dari
posko data dan informasi ini, beberapa hari lalu, Ella menghadirkan dua orang
narasumber, masing-masing Firqie Firmansyah, konsultan media Internews dan Iwan
Lapasere dari AJI Kota Palu, untuk memberikan pengetahuan tentang jurnalisme
warga kepada para relawan, yang terdiri dari pelapor I dan pelapor II. Dari
pelatihan ini diharapkan, kerja-kerja para relawan melaporkan informasi dari
desa dan memberikan informasi kepada masyarakat.
Kerja-kerja posko Pasigala Tangguh selama ini
patut diapresiasi, terutama karena mereka termasuk yang pertama kali
menghadirkan informasi terkait situasi pasca bencana di Sulteng. Kehadiran
posko ini dengan semangat jurnalisme warganya, kehadirannya penting untuk
memberikan masyarakat edukasi tentang kebencanaan. JEF
0 Comments