Senin (15/2/2016),
Komunitas anakUntad menggelar grand launching anakUntad Books and Cafe (ABC),
yang berlokasi di Jln. Pendidikan, Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikulore.
Grand launching ini menunjukkan eksistensi komunitas ini yang mencoba
mengembangkan sayapnya ke dunia bisnis.
Capaian ini sungguh
fenomenal, mengingat komunitas ini baru berdiri sejak 2014. Ketua Komunitas
anakuntad, Satrio Amrullah, menerawang ingatannya ketika ditanya mengenai awal
mula berdirinya komunitas ini.
“Bulan Juli 2013, saya
dan teman saya Ardiyansah yang saat itu sedang menjabat sebagai ketua Himpunan Mahasiswa
Fisika memutar otak untuk mencari dana buat kegiatan Pekan Raya Fisika HIMAFI
yang akan dilaksanakan pada Oktober 2013. Dalam ruang sekretariat HIMAFI
tersebut kami mencari ide bagaimana caranya memenuhi pendanaan kegaiatan PRF
2013 yang tidak sedikit itu. Akhirnya tercetuslah ide, membuat dan menjual pin”
ujar Satrio.
Mengapa
mereka memutuskan menjual pin? Kata Satrio, saat itu dengan sedikit melihat
peluang pasar mereka memutuskan untuk menjual pin tentang UNTAD dengan pertimbangan kalau membuat pin tentang
PRF saja atau Fisika saja, tentu yang membeli hanya anak-anak fisika saja tapi kalo pin
Untad yang membeli pasti jadi lebih
banyak.
Namun,
bukan itu alasan utama mereka membuat pin UNTAD. Satrio menjelaskan, saat itu ia
mendapat
oleh-oleh berupa pin kampus ITB dari Ririn Nirmalasari, mahasiswa matematika yang
beberapa hari sebelumnya mengikuti Indonesian Student Conference of Science and Mathematic
2013 di ITB. Hal tersebut membuatnya sedikit malu dan kecewa karena ia punya koleksi pin
dari kampus-kampus lain, tapi pin dari kampus sendiri justru tidak punya.
“Yang menjadi masalah
adalah kurangnya kreatifitas mahasiswa atau Koperasi Mahasiswa Untad itu
sendiri untuk membuat souvenir seperti ini. karena itu kami membuat pin, “Gue
Anak Untad Coy”, “Bangga jadi mahasiswa Untad”, dan lain-lain”, kenang Satrio
Merasa penting untuk
membuat brandmark, Satrio dan Ardi memutuskan untuk menggunakan nama “AnakUntad”
sebagai brandmark wirausaha mereka. Demi memaksimalkan usaha baru tersebut, mereka
kemudian berupaya menyebarluaskan “AnakUntad” lewat media social seperti facebook.
Ternyata
banyak teman-teman mahasiswa yang berminat membeli pin UNTAD
tersebut. Aksi
ini kemudian di ikuti oleh kawan-kawan BEM FMIPA, teman-teman HMJ Matematika, Kimia, Biologi dan bahkan
fakultas lain seperti Pertanian pun tertarik membuat hal serupa. Ternyata,
aksi ini tidak hanya menghasilkan dana namun juga memunculkan semangat
optimisme dalam diri teman-teman mahasiswa untuk bangga menggunakan atribut
almamaternya. Kebanggan itu hadir dengan sendirinya. Tidak sampai disitu, rasa kebanggan itu
kemudian akan memunculkan tekad berkarya lebih besar lagi untuk almamater.
Menyadari
bahwa teman-teman mahasiswa haus akan aksi-aksi seperti itu, mereka kemudian berpikir
untuk membuat aksi yang lebih besar dengan membentuk komunitas yang mampu
menampung aspirasi seluruh mahasiswa Untad. Mereka memutuskan bahwa komunitas ini harus
berbasiskan web. Mengapa demikian? Karena selama ini mereka menyadari Untad tidak
begitu dikenal di kancah nasional. Mengapa tidak dikenal? Karena Untad sudah
minim prestasi juga kurang publikasi. Jangankan publikasi di tingkat nasional,
bahkan publikasi dalam kampus sendiri pun tidak mudah untuk diakses. Akhirnya, dengan uang hasil
jualan pin, mereka kemudian membuat dan
membeli domain website, “anakuntad.com”.
Sadar bahwa pengelolaan
website ini butuh tenaga tambahan, Satrio pun mengajak Armand
Zuhrar, mahasiswa Teknik Arsitektur yang lumayan aktif dalam
dunia blogging. dan sahabatnya, Edi Utomo Putra, mahasiswa Agrobisnis
Pertanian. Dengan terkumpulnya 4 orang inilah menjadi
langkah awal lahirnya komunitas anakuntad.com yang lebih besar.
Desember 2013, komunitas Anakuntad membuat gebrakan dengan menyelenggarakan
event Tadulako Menginspirasi. Ide tentang event ini sendiri lahir dari
celetukan sahabat Satrio, Andi Rizky Hardiansyah usai kegiatan seminar Internasional yang
dilaksanakan International Office Untad, September 2013.
“Yo, ayo kita buat event yang bisa
menginspirasi teman-teman mahasiswa. Di
event ini kita undang mahasiswa-mahasiswa berprestasi Untad. Kita beri mereka waktu menyampaikan
inspirasinya, prestasinya dan karya-karyanya. Tujuannya supaya teman-teman
mahasiswa yang melihat terinspirasi dan berbuat lebih untuk berprestasi seperti
mereka. Target kita adalah seribu orang mahasiswa Untad.” Kenang Satrio tentang
pertemuannya dengan Rizky.
Bagi Satrio, ide itu luar biasa dan sudah
sejak lama ia pun memiliki
keinginan yang sama.
Akhirnya diputuskan event ini tidak dinaungi lembaga maupun UKM Universitas, melainkan mandiri inisasi oleh rekan-rekan mahasiswa yang siap jadi volunter nantinya.
Akhirnya diputuskan event ini tidak dinaungi lembaga maupun UKM Universitas, melainkan mandiri inisasi oleh rekan-rekan mahasiswa yang siap jadi volunter nantinya.
Tujuan dari event ini persis sama dengan misi
anakUntad.com. anakUntad.com itu sendiri bukanlah sebuah lembaga legal
sebagaimana UKM dan himpunan di
Universitas, melainkan hanya sebuah komunitas yang diisi oleh orang-orang yang
ingin menggaungkan nama Untad ke nasional.
Akhirnya pada Sabtu, 7 Desember 2013 Tadulako Menginspirasi
resmi digelar. Mengundang
delapan pembicara yang terbukti memiliki karya nyata dan segudang prestasi yang
telah mengharumkan nama almamater baik di tingkat nasional maupun internasional, kegiatan
ini memberikan kesempatan kepada setiap inspirator untuk menyampaikan ide-ide inspiratifnya, karyanya dan prestasinya kepada seluruh
peserta yang hadir. Kegiatan ini juga diselinggi dengan berbagai macam
pertunjukan seperti seperti pencak silat, paduan suara, kesenian, pameran
robotika dan pemutaran film dokumenter, dan lain-lain.
Sukses besar dengan
Tadulako Menginspirasi. Komunitas Anakuntad, Februari 2014, komunitas ini
menggelar Workshop Of Writing (WOW) dengan tema “Ketika Menulis Menjadi Luar Biasa”. Kegiatan WoW
dilaksanakan selama tiga hari, mulai tanggal 14-16 Februari 2014, bertempat di Gedung Aula FMIPA Untad. Kegiatan
tersebut merupakan salah satu bentuk kepedulian teman-teman di komunitas
ini untuk meningkatkan semangat dan kemampuan menulis mahasiswa Untad.
Sebanyak 40 orang yang
mengikuti kegiatan WoW. Mereka adalah mahasiswa Untad angkatan 2011-2013 yang berasal dari berbagai
fakultas. 40 orang yang mengikuti WoW ini merupakan peserta yang dinyatakan
lolos seleksi berkas secara online.
Selama tiga hari
berturut-turut, peserta kegiatan WoW disuguhkan berbagai materi kepenulisan
yang menarik
seperti
Program Kreativitas Mahasiswa bidang Gagasan Tertulis (PKM-GT), Karya Tulis Ilmiah (KTI), Essay, Cerita Pendek (Cerpen), serta Curicullum Vitae dan Motivation Letter.
Pada tahun 2014, komunitas anakuntad kembali menggelar event
Tadulako Menginspirasi pada 6 Desember 2014 yang menghadirkan 10 orang
inspirator yaitu Nurhafizah (Runner Up Social Enterpreneur Project Group
Nusantara Leadership Camp 2014 Malaysia, Mawapres Utama Universitas Tadulako
2014), Lisa Marina Putri Tahoro (Finalis Putri Indonesia 2014 ), Moh. Adhan Rusdin (Peraih Medali Emas Pencak
Silat Belgium Open Championship Belgia 2013 & Sea Games Myanmar 2013), Rika
Marina (Delegasi Indonesia Asian Medical Students’ Conference 2012, Seoul,
Korea Selatan. Participant International Student’s Program held in Toyohashi
University, Japan, 2014), Afrianti (Ketua Koalisi Pemuda Hijau Sulteng, Best
Presenter Global Youth Meet India 2014), Rafani Tuahuns (Ketua UPIM Untad, Finalis
MTQ Mahasiswa Nasional 2013), Sukri (Finalis OSN Pertamina 2014, Founder Rumah
Kalkulus), Jefrianto (Duta Sulawesi Tengah di Indonesian Youth Conference 2012,
Penulis Aktif, Penggagas Gerakan Tadulako Menulis), Oprizal Lasaip (Finalis
Pekan Seni Mahasiswa Nasional 2014 Palangkaraya, Seniman) dan Andi Rizky
Hardiansyah (Finalis Indonesian Scholars International Convention London 2013,
Founder Anoa Studio).
Selain melaksanakan kegiatan sendiri, Komunitas anakuntad juga
berkolaborasi dengan UKM di lingkungan UNTAD dalam berbagai kegiatan seperti
Training PKM, Job Fair, dan berbagai kegiatan lainnya. Komunitas anakuntad juga
pernah bekerjasama dengan Indomobil untuk melaksanakan Campus Hiring. Komunitas
anakuntad juga terus berinovasi dengan tampilan dan konten websitenya agar
selalu up to date dengan kabar-kabar Universitas Tadulako.
Menyongsong tahun 2015, komunitas anakuntad digawangi oleh 7 orang
pengurus dan puluhan volunteer. Komunitas ini kemudian membagi fokus ke empat
bidang kerja yaitu website, Human Raising Development (HRD), foundation, dan
humas. Masing-masing bidang bertanggung jawab atas rencana kegiatan yang hendak
dilaksanakan, sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Komunitas ini juga ambil bagian dalam kegiatan Edufair yang
diinisiasi oleh sekelompok mahasiswa asal Kota Palu yang melanjutkan studi di
luar palu seperti ITB, IPB, UNHAS, UNPAD, dan lain- lain. Dalam kegiatan
Edufair ini, komunitas Anakuntad hadir untuk memperkenalkan Universitas Tadulako
kepada para siswa SMA yang hendak mengikuti SMNPTN.
Di awal tahun 2015, komunitas anakuntad kembali menyelenggarakan
Workshop of Writing Generasi Kedua. WOW II ini diikuti oleh 40 peserta dari
berbagai jurusan dan fakultas. Selama 3 hari mereka diberi beragam materi
tentang kepenulisan dan berkesempatan untuk mempraktekkannya secara langsung.
Sabtu, 7 Februari 2015, komunitas anakuntad yang tergabung dalam
tim Ekspedisi Tapal Batas Pulau Sebatik, Indonesia-Malaysia, menggelar
Launching kegiatan tersebut di Gedung Pogombo, dengan mengusung tema “Launching
Ekspedisi Tapal Batas”. Kegiatan yang digelar malam hari itu, tidak saja
mengundang pengurus lembaga kemahasiswaan, LANAL Sulteng, Dinas Pendidikan,
Dinas Pemuda dan Olahraga, namun juga Gubernur Sulawesi Tengah, yang dalam
kesempatan tersebut diwakili oleh Moh. Arif Latjuba,M.Si selaku Asisten
Pemprov. Moh. Tofan Lasapa selaku sekertaris kegiatan yang tampil
mempresentasikan project Ekspedisi Tapal Batas Pulau Sebatik, mengatakan
Ekspedisi Tapal Batas merupakan ekpedisi berbasis risat Sosial dan Edukasi
Kebangsaan di daerah perbatasan Indonesia yang dilakukan oleh Komunitas
Anakuntad bekerja sama dengan IPMKN Kota Palu (Ikatan Pelajar dan Mahasiswa
Kabupaten Nunukan) kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian terhadap
daerah-daerah perbatasan Indonesia yang menjadi baris terdepan negara
kedaulatan Republik Indonesia, dengan tujuan untuk peningkatan rasa
Nasionalisme, pendataan potensi juga permasalahan di daerah perbatasan seperti
masalah sosial, budaya, ekonomi, politik juga pertahanan dan keamanan yang
selanjutnya diharapkan akan mendapatkan tindak lanjut dari pemerintah baik
pemerintah setempat maupun pemerintah Pusat.
Launching Ekspedisi tersebut dilaksanakan dengan tujuan
memperkenalkan kegiatan tersebut sekaligus menghimpun calon donator untuk
kegiatan tersebut. Sebab, tidak dapat dipungkiri, bahwa setiap item kegiatan
membutuhkan dana yang tidak sedikit. Moh. Tofan Saputra mengungkapkan bahwa tim
Ekspedisi Tapal batas ini dibentuk berdasarkan hasil seleksi. Dari 30 pendaftar
terpilihlah 10 mahasiswa Universitas Tadulako yakni Andi Hajar, Nurlela,
Rosfatima, Dewi Permatasari, Evenly, Jihan Pramana, Aru Rangga, Nur Herjayanti,
Fitriyani, dan Ferawati. Kegiatan ini berbasis Riset Sosial, dengan bentuk agenda
edukasi kebangsaan dan sosial kemasyarakatan, di antaranya Home Stay, Kelas
Merah Putih, Gerakan Nasionalisme, Lomba Kebangsaan, dan Dialog Khusus. Tiga
bulan sebelum tim ekspedisi ini bertolak ke wilayah Sebatik, mereka menggelar
aksi “Saya Sudah Peduli, Anda?”. Aksi ini berupa penggalangan dana dan
penjualan coklat.
6 Maret 2015, tim Ekspedisi Tapal Batas Pulau Sebatik
Indonesia-Malaysia diberangkatkan. Mereka dilepas langsung oleh Rektor Untad
yang diwakili pembina ekspedisi, Dr. Ir. Fadly Y. Tantu, M.Si di halaman
rektorat Universitas Tadulako. Perjalanan mereka selama hampir dua minggu di
Sebatik, menginspirasi Deby Ahyard Rinaldi dan Runniyanti Tahir untuk
mengangkatnya dalam sebuah film dokumenter. Film dokumenter ini membawa
keduanya sebagai finalis Eagle Awards Documentary Competition (EADC) 2015
mewakili Kota Palu.
Seperti yang dilansir dalam situs resmi EADC 2015, film Sekolah
Tapal Batas ini menggambarkan tenntang sekolah mandiri yang berada di Pulau
Sebatik Indonesia yang didirikan oleh salah seorang Ibu yang bernama Suraidah
(61), dengan tujuan untuk menyelamatkan pendidikan anak-anak TKI yang bekerja
pada perkebunan sawit di sebatik Malaysia. Di sekolah ini terdapat Paud, MI, MD
serta Paket A, B, dan C, Sebagian besar siswahnya adalah anak-anak TKI yang
setiap harinya harus berjalan lintas negara Indonesia Malaysia untuk
mendapatkan pendidikan.
Prestasi film dokumenter ini tidak tanggung-tanggung. Film ini
berhasil menyabet juara kedua dalam Eagle Awards Documentary Competition (EADC)
2015. Capaian ini memang fenomenal namun itu bukanlah tujuan utama mereka.
Tujuan utamanya adalah memperkenalkan jati diri Sebatik sebagai salah satu
pulau terluar dengan kondisi yang nyaris tak tersentuh pembangunan. Film ini
berisi pesan bahwa pembangunan harusnya merata di seluruh wilayah Indonesia,
bukan hanya di kota-kota besar saja.
Pada tahun 2015, komunitas anakuntad juga menginisiasi sejumlah
kegiatan rutin seperti Tadulako Menginspirasi. Beberapa kegiatan lewat
kerjasama seperti Roadshow Eagle Award, UNTAD to Pimnas juga digelar. Komunitas
ini juga ambil bagian dalam event edufair dalam rangka memperkenalkan UNTAD.
Tiga tahun berkarya untuk UNTAD, komunitas ini memiliki satu
harapan yaitu memiliki sekretariat. Sadar tidak mungkin berharap dari dana
kemahasiswaan, berbagai kemungkinan pun dijajal oleh komunitas ini. Beberapa pengurus komunitas anakuntad pun berinisiatif
ambil bagian dalam Program Mahasiswa
Wirausaha (PMW) yang menelurkan
program PPU (Pusat Pengembangan Usaha)
Universitas Tadulako dalam Program Mahasiswa Wirausaha (PMW).
Lolos PMW, komunitas ini memulai proses pembangunan
Anakuntad Books & Cafe (ABC). Dalam proses pembangunan, ABC mendapat
suntikan dana setelah proposal usaha
yang di ajukan oleh tim ke IBM (International Bussines Machines) bersama Kementerian Koperasi dan
UKM pada
gelaran
Sail Tomini 2015 berhasil lolos. Untuk
pengadaan tempat, tim ABC dibantu oleh
salah seorang dosen UNTAD yang meminjamkan
sebidang lahannya dengan sistem bagi hasil.
Adapun saat ini pengelola dari ABC berjumlah 6 orang, yang kesemuanya
merupakan mahasiswa lintas fakultas dan jurusan
yakni Retno Budiasih, Hardianti Haris, Melia Kurniawati, Ryan Hangkey Ranonto, dan Jihadil Arsy. Tim
ini di bentuk pada awal penyusunan proposal usaha yang di ajukan ke pihak PPU.
Kedepan, komunitas anakuntad berencana menggagas
Anakuntad Scholarship (Beasiswa Anakuntad), yang nantinya akan diperuntukkan
bagi mahasiswa UNTAD kurang mampu yang berprestasi.
Hampir 4 tahun menggawangi Komunitas Anakuntad, Satrio
merasakan beragam suka duka mulai dari pandangan negatif terhadap komunitas,
hingga ancaman penutupan. Namun tidak sedikit pula yang mengapresiasi kerja
keras komunitas ini menggaungkan nama UNTAD ke seluruh penjuru Indonesia.
Komunitas anak untad adalah embrio perubahan di UNTAD
yang nantinya akan menjadikan UNTAD lebih baik kedepan. Komunitas ini memiliki
cita-cita sederhana yang mungkin juga adalah cita-cita seluruh mahasiswa UNTAD,
yaitu membumikan UNTAD ke seluruh Indonesia bahkan seluruh dunia.
2 Comments
izin shere
ReplyDeletesiap
ReplyDelete