PAUD Vinase Berjuang di Tengah Keterbatasan: Siswa Belajar Beralaskan Pasir

PAUD Vinase Berjuang di Tengah Keterbatasan: Siswa Belajar Beralaskan Pasir



Pendidikan anak usia dini (PAUD) memiliki peran penting sebagai jenjang pendidikan awal sebelum jenjang pendidikan dasar, yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pembinaan dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.

Tujuan utama PAUD adalah untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa dewasa. Berdasarkan tujuan tersebut, PAUD ternyata memiliki peran yang sangat vital dalam pembentukan generasi bangsa yang berkualitas.

Namun, dalam implementasinya, PAUD sebagai pembentuk dasar perkembangan anak, justru kadang tidak mendapat perhatian dari pemerintah secara optimal. Tak jarang kita lihat, PAUD yang berada di pinggir kota, kualitasnya jauh tertinggal dari PAUD yang berada di pusat kota. 

Salah satu contoh nyata kesenjangan perhatian ini adalah PAUD Vinase, yang terletak di Jalan Sarombona, RT 11, Kelurahan Baiya, Kecamatan Tawaeli, Kota Palu. PAUD ini didirikan pada tanggal 2 Mei 2007 oleh Kadar, yang kini menjabat sebagai Kepala SLB Negeri 1 Palu. 

Dalam perkembangannya, PAUD Vinase beberapa kali berpindah lokasi, mulai dari bangunan berdinding kayu, menumpang di rumah warga, hingga menyewa bangunan yang belum rampung. Kepengurusan PAUD pun juga beberapa kali berpindah tangan, mulai dari Kadar, berpindah ke Misnar, dan terakhir dikelola oleh Tjinaria. 

PAUD Vinase juga sempat mengalami mati suri beberapa saat karena kevakuman kepengurusan pengelolaan sekolah. Baru tiga tahun terakhir, PAUD tersebut dapat kembali difungsikan sebagai sarana belajar anak-anak.

Januari 2015, PAUD Vinase mulai menempati sebuah bangunan rumah yang belum rampung, yang disewa dengan biaya Rp.1.000.000 per tahun. Bangunan ini berlantaikan pasir, belum memiliki jendela, dan berdinding batako. 

Sebagai sarana pembelajaran, bangunan ini sangat tidak memenuhi standar kelayakan untuk menggelar proses pembelajaran. Debu yang berasal dari pasir seringkali terhirup oleh anak-anak. Belum lagi kotoran-kotoran yang berasal dari pasir menempel di tangan dan tubuh anak-anak. 

Pihak sekolah sebenarnya berkeinginan memiliki bangunan sendiri yang permanen. Pihak kelurahan pun menyanggupi untuk membantu lewat program PDPM dan PNPM dengan catatan, bangunan yang akan dibangun, harus berdiri di tanah yang merupakan hak milik sekolah. Hal inilah yang menjadi kendala, karena sekolah belum memiliki kemampuan untuk membeli tanah sendiri.  

Noviatul Munawarah, salah seorang pengajar di PAUD tersebut, menuturkan bahwa keadaan memperihatinkan tersebut disebabkan karena pihak PAUD memiliki keterbatasan dalam hal pendanaan. Keterbatasan pendanaan tersebut karena PAUD dikelola secara swadaya, dan iuran yang dibebankan kepada orang tua siswa juga sangat rendah.

“PAUD ini dikelola secara swadaya. Iuran setiap bulannya hanya Rp.5.000. itu pun hanya sebagian yang rutin membayar. Kami juga tidak dapat memaksakan orang tua siswa untuk membayar karena keadaan ekonomi mereka juga memprihatinkan” tutur Noviatul.

Dengan keterbatasan tersebut, praktik PAUD hanya mengandalkan bantuan-bantuan seperti Bantuan Operasional PAUD (BOP), dana rintisan, dan insentif tutor. Bantuan tersebut pun digunakan untuk mengadakan mobiler seperti meja dan kursi, perangkat pembelajaran, dan wahana permainan anak-anak.

PAUD Vinase juga tidak membebankan siswanya untuk mengenakan seragam. Pernah sekali, sekolah tersebut mengadakan seragam seharga Rp.60.000, namun hanya beberapa orang tua siswa saja yang mampu membeli. Akhirnya, pihak sekolah memutuskan untuk tidak mewajibkan anak menggunakan seragam.   

Saat ini, PAUD Vinase memiliki 4 orang tenaga pengajar yaitu Tjinaria, Noviatul Munawarah, Murniati, dan Istighfar Siapanseru. Keempat tenaga pengajar tersebut ternyata belum berstatus sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Hanya Tjinaria, yang masuk dalam daftar K2 di Kabupaten Donggala. 

Mengenai pembayaran honor, Noviatul mengaku bahwa mereka tidak menerima honor. Mereka mengajar sebagai pengabdian yang dipenuhi dengan rasa ikhlas. Bagi mereka, pahala mendidik anak-anak tersebut jauh lebih berharga walaupun sejatinya mereka tetap butuh pemasukan untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari. 

PAUD Vinase kini memiliki 30 orang siswa, dengan usia 2-6 tahun. Namun setiap harinya, tidak semua siswa bisa hadir semuanya. Pada hari Senin, jumlah siswa yang hadir bisa mencapai 20 an orang, namun jika hari pasar seperti hari Selasa dan Jumat, atau ada pesta dan kedukaan, jumlah siswa yang datang pasti tidak sampai 10 orang. 

Mengenai hal tersebut, Noviatul mengatakan bahwa pola pikir orang tua siswa juga berpengaruh terhadap rutinitas anak untuk bersekolah. Orang tua siswa yang sebagian besar berprofesi sebagai buruh pelabuhan, dan buruh cuci, membuat mereka kadang tidak punya waktu untuk sekedar mengantarkan anak ke sekolah, bahkan untuk membuatkan bekal sekalipun. 

Namun, di balik semua keterbatasan tersebut, anak-anak yang menuntut ilmu di PAUD Vinase tidak kalah perkembangannya dengan anak-anak yang bersekolah di PAUD yang lebih bagus. Mereka memperlihatkan hasil tulisan, gambar, kerajinan tangan, dan kemampuan lainnya seperti bernyanyi, yang tidak kalah bagus dengan PAUD lainnya. Keterbatasan yang dimiliki ternyata bukan halangan bagi mereka untuk tumbuh dan berkembang seperti anak-anak lainnya. Beberapa anak yang tamat dari PAUD tersebut pun kini dapat bersekolah di bangku sekolah dasar, bersama dengan anak-anak lainnya.  

Mei 2015, Pihak pemerintah Kota Palu, lewat Dinas Sosial, menyerahkan bantuan Program Keluarga Harapan Daerah (PKHD), bagi beberapa PAUD di 8 kecamatan di Kota Palu yang dinilai layak mendapatkan bantuan. Bantua tersebut berupa bantuan dana sebesar Rp.150.000 yang akan diterima oleh tiap siswa di sekolah yang ditunjuk. Salah satu sekolah yang mendapatkan bantuan tersebut adalah PAUD Vinase yang bersama PAUD Samudera Ilmu Pantoloan, mewakili Kecamatan Tawaeli. 

Dengan adanya bantuan tersebut, Noviatul berharap, para orang tua siswa dapat menyisihkan sebagian dana yang diterima untuk pengerjaan lantai sekolah, sehingga para siswa tidak lagi belajar beralaskan pasir. Dirinya pun berharap, dengan bantuan ini, para siswa semakin bersemangat untuk bersekolah.     

Post a Comment

0 Comments