Pernahkah kamu berada di titik terendah dalam hidup dan serasa ingin
mengakhirinya? Pernahkah kamu merasa sangat tidak berdaya dan tak bisa berbuat
apa-apa hingga hidup terasa seperti menyusuri lorong yang gelap? Pada saat-saat
seperti itu adakah orang-orang yang membawakanmu lentera dan menemanimu
berjalan menuju cahaya?
Semua orang mungkin pernah mengalami kepahitan dalam hidupnya. Hidup
seperti sebuah siklus di mana ada saat-saat yang paling pahit dalam hidup kita.
Kenyataan tersebut seringkali tidak bisa kita terima dan akhirnya kita
memutuskan untuk menyerah pada takdir. Saat itulah kita butuh orang lain untuk
menyokong dan memberi semangat dalam hidup.
Ada sebuah kisah mengenai seorang anak muda yang harus menerima kenyataan
hidup yang pahit di usianya yang masih sangat muda. Awalnya ia jatuh dalam
keputusasaan dan serasa tak punya daya lagi untuk bangkit. Namun, berkat
sokongan orang-orang terdekatnya, ia perlahan bangkit dari keterpurukan dan
kemudian berkarya. Sosok tersebut dikenal dengan nama Jefrianto.
Jefri, sapaan akrabnya, lahir di Lombonga, sebuah desa di Kecamatan
Balaesang Kabupaten Donggala, pada tanggal
11 Desember 1990. Ia merupakan bungsu dari tiga bersaudara. Ayahnya
adalah seorang buruh bangunan dan ibunya hanyalah seorang ibu rumah tangga.
Peristiwa yang mengubah ritme perjalanan hidupnya tersebut terjadi pada
tanggal 20 Oktober 2009. Saat itu, lelaki yang saat ini tengah dalam proses
penyelesaian studi di Program Studi Pendidikan Sejarah, FKIP Universitas
Tadulako ini mengalamai sebuah kecelakaan saat berkendara, yang menyebabkan tangan
dan kaki kanannya cacat permanen (saat ini ia masih bisa berjalan dengan kedua
kakinya namun pincang). Parahnya luka yang diderita oleh Jefri membuatnya
memutuskan untuk cuti dari bangku perkuliahan demi memulihkan kondisinya. Dengan
kondisi seperti itu, Jefri mulai kehilangan semangat untuk melanjutkan
perkuliahannya. Rasa minder dan putus asa mulai menggelayut dalam pikirannya.
Jefri menjalani tahap pemulihan selama kurang lebih 7 bulan. Sempat
terbersit dalam benaknya untuk berhenti
kuliah. Saat ia merasa berada di titik terendah dalam hidupnya tersebut, para
sahabatnya datang untuk menyalakan kembali semangat hidupnya yang sempat padam pasca
kecelakaan tersebut.
Pada tahap masa pemulihannya tersebut, ia digembleng oleh salah seorang
seniornya untuk mengisi waktu luangnya dengan membaca. Ia diberi 4 buah buku
dan diminta untuk membacanya sampai selesai selama masa pemulihannya. Ia
dituntut harus menyimpulkan isi dari 4 buku tersebut.
Pada semester gasal tahun 2010, Jefri kembali ke kampus untuk mengejar
ketertinggalan kuliahnya. Selain kembali dengan rutinitas perkuliahan, ia juga mulai
belajar untuk menulis. Ia belajar menulis dari seniornya tersebut. Tulisannya
pun mengalami beberapa kali revisi dari sang mentor. Terkadang ia bahkan
diminta untuk kembali membaca, jika tulisannya belum sempurna.
Setelah beberapa kali revisi, pada akhir bulan Oktober tahun 2010,
bertepatan dengan momen peringatan hari Sumpah Pemuda, Jefri menyelesaikan
tulisan pertamanya. Tulisan tersebut ia beri judul "Pemuda dalam Lintasan
Sejarah: Potret Pemikiran Pemuda Indonesia".
Tulisan ini pun coba ia masukkan ke salah satu surat kabar yang ada di Kota
Palu. Saat itu ada keraguan muncul dalam dirinya, apakah tulisannya akan dimuat
atau tidak. Namun menurut Jefri, apa salahnya mencoba? Akhirnya tulisan tersebut
diterbitkan sehari sebelum peringatan hari Sumpah Pemuda yaitu 27 Oktober 2010.
Sejak saat itu, mahasiswa angkatan 2008 ini mulai keranjingan untuk
menulis. Ia pun sering menerima penghargaan, baik lokal maupun nasional lewat
tulisan-tulisannya. Penghargaan yang pernah diterima oleh Jefri di antaranya
adalah; Juara II Lomba Karya Tulis Sejarah tingkat nasional tahun 2011, Juara
II Lomba Surat Untuk Rektor tahun 2011, Juara III Lomba Artikel Gebyar Keadilan
tahun 2013, Juara III Lomba Artikel HUT Media Tadulako tahun 2013, Juara
Harapan III Lomba Penyuluh Perpustakaan tahun 2013, Juara II Lomba Essay HUT
LPM Qalamun tahun 2014, dan Juara II Lomba Essay Silo Langi’s Day tahun
2014.
Jefri dikenal rajin mengkliping artikel-artikelnya sehingga ia tahu
berapa jumlah tulisan yang sudah dihasilkannya sejak tahun 2010. Hingga saat
ini, tulisan Jefri telah mencapai 37 judul. Semua tulisan tersebut ia posting
ke blog pribadinya yaitu http://jefriantogie.blogspot.com.
Jefri juga telah mengikut banyak kegiatan, baik yang berskala lokal maupun
nasional. Kegiatan-kegiatan tersebut sebagian
besar informasinya ia temukan dari internet dan lewat jejaring pertemanan.
Beberapa kegiatan yang pernah diikutinya diantaranya adalah; Indonesian Youth
Conference tahun 2012, Forum Indonesia Muda tahun 2012, Indonesian Movement
Conference tahun 2013, Youth Initiative and Civic Engagement tahun 2013 dan
Youth Integrity Camp tahun 2014.
Jefri membuat sebuah keputusan berani dalam hidupnya yaitu menikah di
usia muda dan pada saat masih kuliah. Baginya, kesiapan untuk menikah tidak
dilihat dari umur namun kematangan berpikir. Sang istri bernama Nurdian Sri
Fitriana, alumni Fakultas Hukum angkatan 2009. Pernikahan tersebut kini
dikaruniai satu orang puteri yang diberi nama Raisa Azhira.
Menurut Jefri, sang istri adalah perempuan hebat yang mau menerima
dirinya apa adanya. Sejak awal pernikahan, pasangan ini sudah berkomitmen untuk
menerima kekurangan satu sama lain. Dalam sebuah hubungan, hal terpenting
adalah kenyamanan. Kenyamanan bagi setiap pasangan mungkin dianalogikan
berbeda. Bagi Jefri, kenyamanan adalah ketika kita mampu menerima kekurangan
pasangan tanpa berusaha mengubahnya karena perbedaan adalah rahmat dan kodrat
manusia. Hal terpenting dalam sebuah hubungan menurutnya adalah membangun
komitmen dan komunikasi.
Jefri dikenal sebagai menantu kesayangan dari sang mertua. Hal tersebut
terjadi karena ia pandai mengambil hati sang mertua. Caranya adalah setiap
penghargaan yang ia terima selalu dipajang di ruang tamu rumah sehingga setiap
ada tamu yang datang, sang mertua dengan bangga menceritakan prestasi-prestasi
si menantu. Selain itu, Jefry juga disenangi sang mertua karena pandai dalam
hal masak-memasak.
Jefri kini membiayai sendiri hidupnya dan keluarga kecilnya. Ia
menghidupi keluarga kecilnya dari honor menulis, penelitian, dan reward yang
diterima dari lomba. Jumlahnya memang tidak besar, namun ia selalu bersyukur
atas rezeki yang diterimanya.
Lelaki yang setelah lulus ingin menjadi wartawan ini punya cerita menarik
tentang gaji pertamanya. Dengan gaji tersebut, ia membeli sebuah tas yang ia gunakan
sehari-hari. Tas tersebut kini telah rusak namun tetap disimpan sebagai
kenangan. Sebagian gaji pertamanya juga ia berikan untuk kedua orang tuanya.
Sesuai dengan bidang keilmuannya, yaitu sejarah, Jefri sering membuat
tulisan yang menyangkut sejarah lokal di Sulawesi Tengah. Ia banyak menyoal
mengenai kondisi Cagar Budaya yang tidak terawat dengan baik, dan pemahaman
sejarah lokal generasi muda di Sulawesi Tengah. Ia menekankan bahwa pemerintah daerah
harus mengetahui dan memahami sejarah lokal Sulawesi Tengah. Selain itu, ia
menekankan pentingnya sejarah lokal masuk ke dalam kurikulum pendidikan di
Sulawesi Tengah.
Ketika ditanyakan mengenai pesan bagi para generasi muda khususnya
generasi muda Sulawesi Tengah, lelaki yang juga fans berat AC Milan ini
menekankan pada tiga hal yaitu membaca, berdiskusi, dan kemudian menulis.
Ketiga hal ini saling berkaitan dan penting untuk membangun pola pikir generasi
muda yang kritis dan kontributif.
Dalam menghasilkan sebuah karya, lelaki pengagum Soe Hok-gie dan Tan
Malaka ini menegaskan bahwa hal yang harus dilakukan pertama kali adalah
memperbaiki niat. Niat yang baik dan lurus akan menhasilkan sesuatu yang baik
pula. Kemudian, niat juga harus dibarengi dengan usaha yang maksimal. Usaha
maksimal tentunya juga harus disertai dengan kesadaran akan kemampuan diri.
Kegagalan pasti datang mengintai dalam setiap usaha. Jika tidak segera
bangkit, maka kita akan terpuruk ke dalam kegelapan. Saat kita berada di titik
terendah dalam hidup, janganlah menyendiri. Perbanyak bertukar pikiran dan
percaya bahwa di sekitar kita ada orang-orang yang akan menyokong kita untuk
kembali bangkit. Akan datang lentera-lentera berwarna-warni yang akan
menemanimu berjalan menyusuri lorong yang gelap. Tetaplah berbuat baik,
berikhtiar dan saling berbagi demi terwujudnya generasi yang kritis dan
kontributif .
(tulisan ini disadur dari nganapalu.com dengan link http://nganapalu.com/inspirator-kota-palu/habis-gelap-terbitlah-terang/ dengan pengeditan seperlunya)
0 Comments