Membaca bagi sebagian orang merupakan hal yang
membosankan. Duduk berjam-jam membaca sebuah buku bagi sebagian orang sangat
menyita waktu. Padatnya aktivitas setiap hari membuat waktu untuk membaca menjadi
semakin sedikit. Hal ini juga dialami oleh kalangan siswa dan mahasiswa.
Kegiatan yang padat di kampus maupun di sekolah menjadikan siswa malas atau
tidak sempat membaca minimal satu buku. Indikasi tersebut diperparah dengan
perkembangan media informasi yaitu internet yang menjadikan arus informasi menjadi
lebih cepat dan mudah. Kemudahan ini yang kemudian banyak disalahgunakan oleh
siswa maupun mahasiswa contohnya saat mengerjakan tugas. Mereka lebih memilih
menggunakan data internet untuk tugasnya ketimbang berusaha mencari jawaban di
buku. Apalagi saat ini banyak tersedia buku digital atau e-book yang tersebar
di internet dan dapat dengan mudah diunduh.
Buku kemudian menjadi pilihan kesekian dalam
mengerjakan tugas. Buku hanya digunakan apabila internet tidak mampu
menyediakan data yang ada di buku. buku juga dipakai apabila guru/dosen
menyuruh siswa/mahasiswa mengerjakan tugas yang sumbernya berasal dari buku. Kebiasaan
seperti ini yang kemudian terus berkembang menjadi budaya yang berdampak
negatif bagi perkembangan pengetahuan peserta didik (siswa/mahasiswa). Dampak
yang paling dirasakan adalah perpustakaan menjadi sepi karena buku tidak lagi
menjadi prioritas untuk mendapatkan pengetahuan. Kemajuan media komunikasi dan
informasi menyediakan akses tanpa batas tanpa harus berlama-lama duduk membaca
buku di perpustakaan. Perpustakaan pun tidak segera memperbaiki kualitas dan
pelayanannya sehingga semakin ditinggalkan oleh pengunjungnya. Perpustakaan
seharusnya tetap menjadi sumber referensi utama yang dibutuhkan dan diakses
oleh berbagai kalangan khususnya siswa dan mahasiswa.
Untuk menyiasati hal tersebut. Perpustakaan harus
meningkatkan mutu pelayanannya agar dapat menarik minat pengunjung untuk
datang. Koleksi buku yang ada harus ditambah dan selalu mengikuti perkembangan
keilmuan (menyediakan buku-buku baru yang sesuai dengan perkembangan jaman).
Fasilitas yang ada di perpustakaan juga harus memberikan rasa nyaman kepada
pengunjung sehingga pengunjung betah berlama-lama membaca di perpustakaan.
Namun, tidak hanya fasilitas, seperti perpustakaan
yang berbenah diri tetapi juga minat baca yang harus dioptimalkan agar
peningkatan pelayanan yang diberikan oleh perpustakaan berbanding lurus dengan
animo dan antusiasme masyarakat untuk berkunjung ke perpustakaan. Sosialisasi
tentang budaya membaca harus terus dioptimalkan guna merangsang minat baca
masyarakat. Minat membaca akan muncul jika dibiasakan. Jadi biasakan membaca
sejak dini karena buku adalah jendela dunia, dan membaca berarti membuka
jendela tersebut. Selain membiasakan diri membaca, biasakan pula diri untuk
berkunjung ke perpustakaan. Perpustakaan jangan dianggap hanya sebagai tempat
untuk orang yang kutu buku, kuper (kurang gaul), culun, dan lain sebagainya.
Perpustakaan adalah tempat bagi siapa saja yang ingin mengenali sejengkal demi
sejengkal dunia lewat selembar demi selembar buku.
Jefrianto*(Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Tadulako
Angkatan 2008. Duta Sulawesi Tengah untuk Indonesian Youth Conference 2012).
0 Comments