Manusia Kardus Menggugah Jiwa Seni Tokoh Nasional

Manusia Kardus Menggugah Jiwa Seni Tokoh Nasional

Seorang anak muda, mengenakan jas berwarna abu-abu dipadupadankan dengan kemeja putih, tampak sumringah saat berfoto bersama seseorang berkemeja batik hitam. Raut kegembiraan terpancar dari wajahnya, karena hari itu, pria berkemeja batik yang berfoto dengannya, adalah orang nomor satu di negeri ini, Presiden Joko Widodo. Di antara keduanya, terpampang sebuah lukisan menyandingkan sosok Joko Widodo dan presiden pertama, Ir Soekarno, dalam balutan kardus. Lukisan ini diberi nama 21 Juni, yang merupakan tanggal wafatnya sang proklamator dan tanggal lahir sang inovator.

Karya tersebut, bukan satu-satunya yang menjadi koleksi Presiden Joko Widodo. Sebelumnya, saat berkunjung ke Palu pada 2015, sebuah lukisan berjudul The Seventh of President, menjadi bauh tangan untuk dibawa pulang oleh Joko Widodo.

Tidak hanya orang nomor satu di negeri ini, sejumlah tokoh seperti mantan Menteri Kominfo, Rudiantara, mantan Menteri Kelautan), Susi Pudjiastuti, adalah segelintir dari banyaknya tokoh yang mengagumi karya anak muda ini. Karya lukisnya yang memiliki ciri khas berbalut kardus, adalah sebuah pendekatan baru dalam seni lukis tanah air.  

Anak muda tersebut terlahir dengan nama Mohammad Febriandy, 15 Februari, 33 tahun silam. Febri, sapaan akrabnya mengatakan, gaya melukis manusia kardus ini mulai ditekuninya sejak tahun 2007. Proses terciptanya manusia kardus ini berawal dari sebuah peristiwa unik. Kala itu, Febri masih menjadi mahasiswa di Jurusan Seni Murni (Lukis), Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Febri yang tengah duduk melamun di kampusnya, tak sengaja memandangi tumpukan kardus yang berada di depan matanya. Lama ia memandangi tumpukan kardus tersebut. Kemudian terbersit di pikirannya bahwa melukis manusia dengan balutan kardus rasanya unik juga.      

Dari situ, mulailah Febri mengeksplor gaya melukis manusia kardusnya. Terus berproses dari waktu ke waktu, Febri kini tidak hanya melukis manusia dengan balutan kardus namun melukis manusia seutuhnya dari kardus. Bagi Febri, manusia kardus memiliki nilai artistik dan sosial yang tinggi. Barang yang dibungkus dengan kardus jadi kelihatan lebih bernilai. Secara umum, kardus digunakan untuk melindungi dan membungkus barang. 

“Di Palu kita kenal istilah “buka dos” untuk mendeskripsikan barang baru. Artinya ada sebuah kesan ekslusif jika sebuah barang dibungkus dengan kardus” ujar Febri. 

Simbolisasi dalam lukisan manusia kardus pun memiliki pemaknaan sendiri-sendiri tergantung tema lukisannya. Kebanyakan lukisan manusia kardus hasil karya Febri merupakan kombinasi antara realitas sosial dan kritik sosial. 

Karya-karya lukisan manusia kardus tersebut telah membawa Febri ke berbagai pameran baik di Indonesia maupun manca negara. Pada tahun 2010 dan 2011, Febri mengikuti pameran lukisan “ASYAAF” di LVS Gallery, Seoul, Korea. Febri juga beberapa kali menggelar pameran tunggal.     

Pencapaian yang tidak bisa dilupakan Febri adalah pada saat dua buah karyanya, “The Seventh President” dan “21 Juni”, dibeli dan menjadi koleksi pribadi Presiden RI, Joko Widodo. 23 Juni 2015, ia diundang ke Istana Negara untuk bertatap muka langsung dengan presiden.      

Lukisan Febri yang berciri khas “manusia kardus”, nampaknya banyak memikat hati para tokoh nasional. Seri lukisan “tokoh inspiratif” yang memang melukiskan potret wajah, mampu menggerakkan hati pemilik wajah lukisannya, untuk mengoleksi karyanya. Febri menyatakan rasa syukur yang mendalam, melihat masih banyak tokoh-tokoh nasional yang mencintai dunia seni dan mau menyisihkan hartanya untuk mengoleksi karya lukisan. Beberapa lukisannya memang telah dikoleksi, tidak hanya oleh  Presiden Joko Widodo, namun juga tokoh seperti Rudiantara, dan Susi Pudjiastuti. Febri sendiri mengkonfirmasi, terakhir lukisannya berada di tangan Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani.

Terkait pelukis yang menginspirasi karya-karyanya, Febri mengakui bahwa ia terinspirasi dari pelukis macam Ivan Sandorfi, Affandi dan Dedi Supria. Semangat melukis dan gaya realisme yang diusung oleh ketigannya menjadi inspirasi Febri dalam melukis. 

Bagi para pelukis muda Kota Palu, Febri berpesan agar mereka mau membuka diri dan jangan terpaku hanya di Palu saja. Pelukis muda menurutnya harus sering-sering mengunjungi pameran di luar daerah. Hal tersebut menurutnya dapat menumbuhkan inspirasi dan inovasi dalam berkarya. JEF

Post a Comment

0 Comments