FOTO: Kapal Swartenhondt. FOTO: https://www.maritiemdigitaal.nl/ |
Pada masa kolonial, kapal menjadi satu-satunya alat transportasi massal penghubung antar pulau di Nusantara. Untuk urusan penyeberangan antar pulau ini, didirikanlah Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) pada 4 September 1888 oleh Rotterdamsche Lloyd (RL) dan Stoomvaart Maatschappij Nederland (SMN), yang dengan berkantor pusat di gedung Scheepvaarthuis, Amsterdam, Belanda, yang dibangun oleh seorang bangsawan bernama Prins Hendrikkade, untuk mengelola pelayaran regional intersinsuler (antar pulau) di kepulauan Hindia Belanda.
Mulai dari tahun 1906, KPM mulai melakukan ekspansi usaha dengan membuka rute-rute baru dari kepulauan Hindia Belanda, ke negara-negara lain dengan berbagai anak perusahaan, antara lain pada tahun 1908 dengan nama Java-Australië Lijn (JAL) melayani lintas Jawa-Australia, disusul pada tahun 1910, dengan Java-Siam Lijn (JSL) melayani lintas Jawa-Thailand, dan terakhir pada tahun 1915 Deli-Straits-China Lijn (DSCL) melayani lintas Medan - China.
Wilayah Sulawesi bagian tengah, khususnya Palu, juga menjadi pelabuhan persinggahan kapal-kapal penumpang milik KPM. Surat kabar De Preanger Bode edisi 22 Desember 1910 yang memuat iklan informasi jadwal pelayaran KPM dari pelabuhan Batavia untuk Desember 1910 mencatat, kapal dengan nama Baud, yang melayani pelayaran, dengan Palu dan Donggala sebagai salah satu pelabuhan persinggahan.
Pada surat kabar yang sama pada edisi 23 Maret 1911, yang memuat jadwal pelayaran KPM dari pelabuhan Batavia untuk Maret 1911, tercatat nama kapal Van Riemsdijk, yang singgah di Palu dan Donggala. Kemudian pada tahun 1913, ada kapal Van Neck, Mossel dan Rumphius, yang selain singgah di Donggala dan Palu, juga singgah di pelabuhan Wani dari pelabuhan Batavia.
Lalu pada tahun 1914, ada kapal Rumphius, Van Heemskerk, dan Van Waerwijck yang singgah di pelabuhan Palu, Donggala dan Wani, serta Tolitoli, dari pelabuhan Batavia. Kemudian pada tahun 1915 ada kapal Sloet van de Beele yang singgah di pelabuhan Donggala, Palu, Wani dan Tolitoli, dari pelabuhan Batavia. Selanjutnya pada tahun 1917 ada kapal Van Linschoten yang singgah di pelabuhan-pelabuhan yang disebut di atas, dari pelabuhan Batavia.
FOTO: Jadwal pelayaran KPM Maret 1930, yang diterbitkan surat kabar De Locomotief edisi 26 Maret 1930. FOTO: REPRO JEFRI |
Pada periode 1920-an, tercatat pada tahun 1929 ada kapal Barentsz yang berlayar dari pelabuhan Semarang dan singgah di pelabuhan Donggala, Wani dan Palu. Rute ini tercatat dalam iklan jadwal pelayaran KPM dari pelabuhan Semarang untuk November 1929, yang diterbitkan surat kabar De Locomotief edisi 20 November 1929.
Selanjutnya, pada tahun 1930 tercatat ada beberapa kapal yang singgah di pelabuhan Palu, Donggala dan Wani, seperti kapal Roggeven, Swartenhondt, dan Van Cloon dari pelabuhan Semarang. Lalu pada tahun 1931 ada kapal Barentz dan Melchior Treub, yang berlayar dari pelabuhan Semarang. ***
7 Comments
bingung sy...yg dimaksud ini kapal apa?...penumpang ataw kapal ikan ataw apa?
ReplyDeletetabe, yang dimaksud adalah kapal penumpang
DeleteBismillah..
ReplyDeleteIlmu nya bermanfaat, jarang yg penduli dgn sejarah lokal seperti yg d tulis d blog ini. D tambah lgi dengan riset yg meyakinkan 👍
mau donk kenal sama penulis blog ini
ReplyDeletesilahkan dihubungi di email jefryhistory@gmail.com
Deletesilahkan dihubungi di email jefryhistory@gmail.com
Deletesilahkan dihubungi di email jefryhistory@gmail.com
Delete