Kata-kata Perpisahan

Kata-kata Perpisahan

"Kita sudah mencoba untuk menjalani, namun nyatanya kita memang tak bisa disatukan. Sifat kita sama-sama keras dan ego kita terlalu besar utk saling mengalah."

Pesan singkat yg dikirimkan oleh Wiwin tadi siang, terus dibaca berulang-ulang oleh Rian. Ia nampak masih belum bisa menerima kenyataan pahit tersebut. Rindu masih selalu menyempatkan diri untuk mampir di relung hatinya. Foto-foto Wiwin juga masih terpajang sebagai wallpaper laptopnya.

"Kita memang sama-sama keras dan egois. Kadang kita kalap dan ketika itu terjadi, selalu saja kata pisah dengan gampang kita ucapkan. Setelah itu, salah satu atau kita berdua menyadari kesalahan dan meminta maaf. Hubungan kita memang aneh. Seminggu, kita bisa berulang kali putus dan nyambung. Itulah kita. Kita menjadi egois karena jarang bertemu. Kau sibuk mengurus rumah tanggamu dan aku sibuk mencari nafkah untuk istri dan anakku."

Rian berhenti sejenak untuk menyeruput kopi pahitnya. Kemudian ia melanjutkan mengetik.

"Kamu mungkin jenuh dengan keadaan ini. Jenuh dengan sikapku yang kau bilang seperti ABG, jenuh dengan kata-kata sayang, cinta, rindu yang kau anggap kekanak-kanakan, dan jenuh dengan sifat keras kepalaku. Akupun sebenarnya jenuh dengan tingkah sok dewasamu, dengan kepura-puraan tegarmu dan ekspresi datarmu. Aku dan kamu mungkin rindu dengan masa lalu yg penuh peluh dan desah, berbalut keromantisan dan kehangatan. Ah... itu hanya masa lalu. Kini, kau nampaknya telah sepenuhnya siap pergi dariku, menuntaskan cerita ini, mengembalikan hatimu kepada pemilik resminya. Akupun akan kembali namun tidak dengan hati ini. Ia akan selaku menunggu di halte, menunggu hatimu untuk kembali bersama menuju pelabuhan terakhir."

Rian menekan tombol SEND di sudut kiri bawah kotak pesan facebook milik Wiwin.

Post a Comment

0 Comments